Anda Ingin, Anda Yakin, maka Itu MUNGKIN...

Friday 20 April 2012

Perkembangan Pemikiran Politik

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

           Pemikiran politik komunis berawal dari zaman Yunani kuno sampai zaman modern yang dikemukakan oleh beberapa pemikir yang berbeda-beda. Ideologi komunis tersebut ada yang bersifat lkeras dan lunak. Maka perlu diketahui mengapa hal itu terjadi, padahal pemikiran komunis berasal dari ajaran Marxisme.

           Perlunya mengetahui sejarah perkembangan pemikiran politik yang berpengaruh pada ideologi dan kemudian sistem politiknya. Karena ketiganya saling berpengaruh. Ideologi merupakan suatu sistem nilai atau kepercayaan yang diterima sebagai fakta atau kebenaran oleh kelompok tertentu. Ideologi terdiri dari sikap terhadap berbagai lembaga dan proses kemasyarakatan. Setiap negara pasti memiliki ideologi. Pada makalah ini terbatas hanya akan membahas ideologi komunis beserta landasan filosofisnya dan sistem politiknya.

B.     Rumusan Masalah

1.   Bagaimanakah perkembangan pemikiran politik komunis?

2.   Siapa sajakah pemikir politik komunis tersebut dan bagaimana ajarannya?

3.   Bagaimanakah ideologi komunis tersebut dapat berkembang menjadi sistem politik komunis dalam suatu negara yang menganutnya?

C.    Tujuan

1.   Mengetahui sejarah pemikiran politik  komunis.

2.   Memahami ajaran tokoh pemikir komunis.

3.   Memahami sistem politik komunis sebagai perkembangan dari ideologi komunis.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Perkembangan Pemikiran Politik Komunis

Perkembangan pemkiran komunis dikenal pada masa Yunani kuno, yaitu ajaran Plato dengan teori kolektivismenya.

Perkembangan pemikiran politik selanjutnya adalah pada masa Romawi. Bangsa Romawi telah menciptakan kerangka politik yang membantu mempertahankan nilai-nilai negara-kota dan menyebarkan ide-ide Hellenisme dan kekristenan di seluruh Barat. Bangsa Romawi memandang otoritas politik dari sudut hukum dan konstitusi. Romawi menunjukkan bahwa kekuatan sosial-ekonomi bisa diimbangi atau dimoderasi melalui rencana pemerintah dengan pemisahan kekuasaan. Tokoh pada saat itu adalah Cicerio dan para kolegannya yang telah memberikan sumbangan penting bagi perkembangan pemerintahan konstitusional. Pada masa ini pemikiran komunis tidak berkembang.

 

Setelah itu abad pertengahan. Pemikiran politik dan pengetahuan  tidak berkembang karena adanya dokrinasi dari gereja yang melarang segala pemikir yang berbeda dengan dokrin gereja. Abad pertengahan disebut abad kegelapan kamudian muncul abad pencerahan (renaisan) abad XIV-XVI. Munculah semangat baru untuk berkarya kembali. Semangat baru ini mempunyai pengaruh besar pada pemikiran politik pada masa itu. Pemikiran yang berkembang adalah pemikiran liberalis dengan sistem ekonomi kapitalis yang merupakan musuh komunis.

Selanjutnya pada zaman modern atau zaman kontemporer (abad 16, 17 dan 18). Pusat perhatiannya banyak ditunjukkan pada hukum dan lembaga-lembaga negara dan muncullah ideologi-ideologi politik kontemporer. Pemikiran politik komunis yang berkembang adalah pemikir Karl Marx (1770-1831), Vladimir Ilyich Lenin (1870-1924), Joseph Stalin (1879-1953) dan Mao Ze Dhong (1893-1976).

B.     Tokoh Pemikiran Politik Komunis

1.      Plato (429-347 SM)

Berangkat dari Filsuf Yunani yang dihormati sepanjang zaman ini lahir pada tahun 427 SM, empat tahun setelah mulainya perang Perang Peloponnesia. Plato dikenal sebagai pemikir politik idealis-empiris. Pemikirannya dapat dijelaskan sebagai berikut

a.        Metafisika, yang mencari dan membicarakan apa yang sebenarnya hakikat segala yang ada.

b.      Etikaà tentang sikap yang benar dan baik serta sebaliknya.

c.       Mengenai pendidikan yang harus dijalankan seseorang dalam hidup ini.

d.      Mengenai pemerintahan seharusnya

Juga pengemuka politeia dan republic. Bagi Plato  kepentingan perorangan harus disesuaikan dengan kepentingan masyarakatnya. Dengan demikian Plato lebih cenderung untuk menciptakan adanya rasa kolektivisme, rasa bersama daripada penonjolan pribadi perorangan.

Mengenai cara kehidupan sosial, Plato mengemukakan semacam komunisme yang melarang adanya hak milik dan ikatan keluarga. Tetapi komunisme cara Plato ini terbatas hingga kelas-kelas penguasa dan pembantu penguasa saja, sedangkan kelas pekerja dibenarkan memiliki hak milik dan ikatan keluarga. Karena menurutnya ancaman yang paling serius bagi kesatuan negara terletak pada perselisihan yang pasti muncul da antara mereka yang kaya dengan yang tidak. Sehingga dia melarang adanya hak milik pada panguasa dengan tujuan menghapuskan kekayaan pribadi kelas penguasa. Apa yang ditakutkanya Plato adalah menyatunya kekuatan ekonomi dan politik. Sedangkan menganai ikatan keluarga menurutnya merupakan sumber perselisihan dalam masyarakat selain hak milik, karena kasih sayang dan kekhawatiran bagi satu keluarga merupakan bentuk pencarian diri yang berkompetisi dengan negara demi kepatuhan penguasa. Dalam hal ini dilakukanlah penghapusan unit keluarga untuk tidak menjadi kelompok yang memerintah. Menurutnya mereka yang berhak menjadi penguasa hanyalah mereka yang memahami prinsip kebajikan. Teorinyaa mengenai pengetahuan, membuat pemahaman yang benar mengenai hakekat sulitnya berpolitik. (Syam, Firdaus. 2007:26).

2.      Karl Marx (1770-1831)

Menurut Karl Mark masyarakat bukan terdiri atas individu-individu melainkan terdiri dari atas kelas-kelas.Yang dimaksud kelas ialah kelompok orang yang memiliki pola hubungan yang sama terhadap sarana produksi. Karena mereka mempunyai pola hubungan yang sama terhadap sarana produksi, mereka mengembangkan pandangan yang khas terhadap diri mereka dan dunia sekitarnya.

Menurut Marx seorang anggota masyarakat tidak mengembangkan dirinya secara individual dalam situasi yang vakum melainkan dari dan melalui kelas ia tergolong. Individu tidak membentuk nilai-nilai dan gagasan mereka tentang politik ataupun apa saja yang menjadi kebutuhan mereka.akan tetapi gabungan dari individu itulah sebagai kelas yang membentuk nilai, gagasan dan kebutuhan. (Surbekti, Ramlan. 2007:30)

Marx memiliki analisis perubahan sejarah yakni adanya faktor materi atau ekonomi, yang dimaksud adalah pekerjaan jasmaniah atau produksi kebutuhan material manusia mendasari perkembangan kehidupan masyarakat. Marx mengatakan bahwa sejarah seluruh masyarakat yang ada tidak lain adalah sejarah perjuangan kelas, seperti yang dikemukakan oleh Luer mengenai inti dari materialisme

a.       Sebab terjadi perubahan dan proses sejarah harus dilacak dalam bentuk serta cara produksi ekonomi masyarakat, bukan dalam gagasan atau filsafat.

b.      Setiap masyarakat selalu dicirikan oleh adanya basis serta suprastruktur dimana basis menentukan suprastruktur

c.       Perubahan itu disebabkan oleh adanya antagonisme, kontradiksi kelas sosial

d.      Masyarakat kapitalis melahairkan kondisi material yang akhirnya menghancurkan masyarakat tersebut.

Oleh sebab itu analisis Marx yang terpenting adalah materi atau ekonomi menentukan perkembangan dan perubahan sejarah. Itulah sebabnya bila imperalisme dan kapitalisme itu akan dihancurkan oleh faktor produksi harus direbut oleh mereka yang ditindas akibat sistem kapitalisme tersebut, yakni melalui perjuangan kelas kaum buruh.(Syam, Firdaus.2007:171).

Negara menurut Marx sebagai alat belaka dari kelas penguasa (berpunya) untuk menindas kelas tang dikuasai (yang tidak berpunya). Memahami pemikiran Marx mengenai negara harus dipahami dalam konteks sosial sejarah dimana dia hidup. Marx hidup saat Eropa di abad XIX dengan peradapan industri dimana keberpihakkan pada kelompok borjuis kapitalis dengan menyengsarakan kelompok terbesar yakni kelas proletariat. Industrialisasi saat itu telah menimbulkan suatu penderitaan, kesengsaraan dan tragedi yang memilukan atas kaum burh yang bekerja di pabrik milik kaim borjuis. Keadaan ini yang melahirkan pemikiran dalam pandangan Marx bahwa negara hanya alat bagi kaum borjuis dan kapitalis. Oleh karena itu lembaga negara menjadi tidak ada gunanya.

Untuk melakukan perubahan menuju masyarakat sosialis dan akhirnya masyarakat komunis yang tanpa kelas diperlukan suatu revolusi. Revolusi yang digunakan Marx saat itu adalah, Revolusi yang dipelopori oleh kaum borjuis yang hendak menghancurkan kaum feodal. Kemudian revolusi yang dilakukan oleh kelas pekerja dalam usaha menghancurkan golongan borjuis.

3.      Vladimir Ilyich Lenin (1870-1924)

Lenin selalu menganggap dirinya sebagai pengikut setia Marx, akan tetapi sebagai seorang praktisi, ia melakukan perannya di Uni Soviet bukan di kawasan Eropa Barat. Ia memperkenalkan pendekatan baru dalam perjuangan kelas, strategi organisasi komunis yang hakikatnya menjadi berbeda. Dengan cara itu lahirlah konsep Marxisme-Leninisme:konsep yang mengkombinasikan beberapa pemikiran Marx yang orisinil dengan berbagai formula yang disusun Lenin. Lenin mempunyai pandangan yang berbeda dengan Marx. Bagi Lenin partai haruslah partai kader, artinya tidak perlu memiliki massa yang besar tetapi anggotanya terdiri atas orang-orang yang revolusioner itu adalah orang yang aktif.

Adanya sikap berbeda pemikiran antara Marx dan Lenin mengenai pendirian suatu partai itu menyebabkan terjadinya dua pengelompokan di kalangan revolusi di Uni Soviet. Dengan pendirian Lenin ini  mereka terpecah menjadi dua golongan yaitu golongan Bolshevic (mayoritas) dan Menshevic (minoritas). Lenin sendiri berada pada pimpinan golongan mayoritas. Lenin tidak mengikuti konsep Marx mengenai revolusi tahap pertama, baginya cara itu akan melemahkan semangat pejuang revolusioner dengan mengikutkan kaum Borjuis dalam revolusi akan menghilangkan kepercayaan massa. (Syam, Firdaus. 2007:191)

Menurutnya aktivis komunis dapat dilakukan dengan jalur:

a.    Para buruh harus membentuk organisasi buruh, bila perlu partai komunis beroperasi secara terbuka, sesuai dengan hukum serta melibatkan  publik sejauh kondisi mengijinkan.

b.   Melakukan infiltrasi, membentuk sel-sel dalam berbagai lembaga sosial juga terhadap tentara dan polisi serta lembaga pemerintahan.

c.    Harus melibatkan dalam kegiatan ilegal demikian pula kesempatan yang legal harus digunakan semaksimal mungkin untuk selalu mengambil alih dan peran sampai kepada perebutan kekuasaan yang revolusioner.

d.   Tenaga revolusioner profesional bertanggungjawab melakukan perekrutan untuk mata-mata, pelaku sabotase dan agen untuk semua aktivitas yang berhubungan dengan  intelijen.

Dalam demokrasi marxisme-leninisme ini memiliki ciri-ciri yang meliputi:

a.       Negara merupakan penentu dan yang mengatur segala aspek kehidupan yang berlaku dalam masyarakat. Oleh sebab itu yang dinamakan kebebasan baik yang bersifat individu, lembaga sosial, agama, ekonomi sampai kepada politik tidak ada. Demikian pula dalam soal hak pemilikan bersifat pribadi maupun kelompok dan institusi swasta dibatasi sangat ketat.

b.      Sistem ekonomi yang diberlakukan bukan berdasarkan ekonomi pasar.

c.       Tidak adanya kompetisi politik yang didasarka partisipasi politik yang tumbuh dari kekuatan kelompok masyarakat sebab partai yang diberlakukan dan diakui hanya satu yang diketahui sebagai partai tunggal.

(Syam, Firdaus. 2007:197)

4.      Joseph Stalin (1879-1953)

Stalin telah mengubah konsep Lenin mengenai diktator proletariat yang telah menjadi diktator partai, akhirnya menjadi diktator pemimpin (Stalin) dengan pencapaian tujuan yang menghalalkan segala cara. Lenin melakukan hal yang tidak sebagaimana digariskan Marx akan tetapi Stalin lebih dari sekadar yang dilakukan Lenin. Ia berperan sebagai pelopor sosialisme, tanpa menunggu gerakan yang dilakukan kelas buruh serta mempelopori untuk berhasilnya gerakan komunis dunia.

Tindakan yang keras, kejam dengan disiplin yang tinggi untuk menegakkan sosialisme di dunia, tidak segan untuk melakukan penghukuman yang berat bagi para penentang aatu mereka yang dianggap menghalangi.

5.      Mao Ze Dhong (1893-1976)

Ideologi pemikira Maopada dasarnya tidak hanya lewat persentuhan dengan karya Marx, melainkan juga melalui pengalaman dan pergumulan langsung dengan imperalisme di daratan Tiongkok. Mao mengakui sebagai penganut Marxisme-Leninisme, bahkan bagian penting dari pemikirannya merupakan pandangan Leninisme yang ortodoks. Sejumlah prinsip khas dari pemikirannya meliputi:

a.       Peranan desa lebih utama daripada kota.  Ia menemukan kemampuan revolusioner ada di wilayah pedesaan. Apabila Marx memandang kekuatan utama dari revolusioner adalah kaum buruh industri,Mao mengakui hal itu.

b.      Tentara merah lebih penting daripada aksi massa. Efektivitas tentara merah sebagaisuatu organisasi militer merupakan modal dasar penting bagi perjuangan pengikut Mao untuk mencapai kegemilangan.

c.       Semangat revolusi lebih penting daripada keahlian teknik.

d.      Kekuatan subyektif lebih penting daripada kenyataan obyektif. Jika ingi revolusi harus ada partai yang revolusioner tanpa partai yang dibentuk atas dasar teoridan gaya revolusioner dari Marx, Lenin dan Stalin, tidak mungkin kelas buruh serta massa rakyat dapat diarahkan untuk mengalahkan imperalisme. (Syam, Firdaus. 2007:213)

C.    Memahami Ideologi Politik Komunis

Konsep ideologi merupakan suatu sistem nilai atau kepercayaan yang diterima sebagai fakta atau kebenaran oleh kelompok tertentu. Ideologi terdiri rangkaian sikap terhadap berbagai lembaga dan proses kemasyarakatan. Menurut Karl-Marx (1818-1883) menyatakan bahwa setiap rangkaian khayalan politis yang telah dihasilkan oleh pengalaman sosial suatu kelas sebagai sebuah ideologi.

Fungsi ideologi itu sendiri adalah memberi orang-orang yang percaya suatu gambaran tentang dunia baik sebagaimana adanya maupun sebagaimana seharusnya, juga mengatur kompleksitas dunia sampai ke sesuatu yang agak sederhana dan dapat dipahami (Lyman Tower Sargent, 1986:3).

Dari kelima pemikiran diatas berkembanglah ideologi komunis yang diakui di dunia. Istilah komunis  mulai populer digunakan setelah revolusi di tahun 1830 di Prancis. Suatu gerakan revolusi yang menghendaki perubahan pemerintahan yang bersifat parlementer dan dihapuskannya raja. Istilah komunis pada awalnya  mengandung dua pengertian

a.       Ada hubungannya dengan komune, suatu satuan dasar bagi wilayah negara yang berpemerintahan sendiri, dengan negara itu sendiri sebagai federasian komune-komune itu.

b.      Dari istilah komunisme menunjukkan milik atau  kepunyaan bersama.

Ideologi komunis tersebut dianut di Uni Soviet yang sekarang Rusia dan cina. Sehingga ideologi tersebut juga berkembang menjadi suatu sistem politik


D.    Implementasi Pemikiran dan Ideologi Politik Komunis terhadap Sistem Politik

1.      Pengertian Sistem Politik

Sistem sendiri mengandung arti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan. Dalam perkembangannya istilah itu mengalami pembiasan sehingga memiliki banyak arti, tergantung pada obyek dan cakupan pembicaraan. Tetapi tiap definisi mewujudkan gagasan dari sekelompok obyek atau unsur yang berada di dalam hubungan struktur dan karakteristik masing-masing yang satu sama lain berinteraksi pada dasar karakteristik tertentu ( A. Rahman, 2007 : 3).

          Sedangakan definisi dari sistem politik, menurut G.A. Almond dan G.B. Powell adalah sebagai usaha untuk mengadakan pencarian kearah ruang lingkup yang lebih luas, realism, persisi, ketertiban dalam teori politik agar hubungannya yang terputus antara comperativ government dengan political theory dapat ditata kembali. Menurut David Easton dalam A System Analysis Of Political Life, mengatakan bahwa sistem politik adalah keseluruhan dari interaksi-interaksi yang mengatur pembagian nilai-nilai secara autoritatif berdasarkan wewenang untuk dan atas nama masyarakat ( A. Rahman, 2007 : 8 ).

Sedangkan, Sistem Politik menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara kerja seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik yang berhubungan satu sama lain dan menunjukkan suatu proses yang langggeng. Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat, prinsip, yang membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur individu atau kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan hubungan Negara dengan Negara.

2.      Perkembanganya menjadi Sistem Politik Komunis

   Melihat negara yang menganut ideologi komunis seperti Uni Soviet dan Cina sistem politiknya juga menggunakan sistem politik komunis. Sistem ditandai dengan prinsip sama rasa sama rata dalam bidang ekonomi dan sekularisme yang radikal saat agama digantikan oleh ideologi komunis yang bersifat doktriner dan eskatologis. Sistem yang menganut ideologi komunis tersebut bersumber dari ideologi sosialisme yang atheis. Sebelumnya berasal dari ajaran Marxisme yaitu ajaran Marx yang dikembangkan oleh Lenin dan Stalin menjadi ajaranran komunisme.

   Kekuasaan pada sistem ini dimonopoli dan dilaksanakan secara sentral dengan partai tunggal yang memegang kewenangan memiliki kemampuan menggunakan kekuasaan paksaan yang sangat luas dan mendalam.

KESIMPULAN

Ideologi merupakan suatu sistem nilai atau kepercayaan yang diterima sebagai fakta atau kebenaran oleh kelompok tertentu. Ideologi terdiri dari sikap terhadap berbagai lembaga dan proses kemasyarakatan. Ideologi politik bersumber dari landasan teoritis pemikiran politik. Pemikiran politik tersebut berkembang dari zaman Yunani kuno sampai zaman modern. Kadang pemikiran tersebut saling bertolak belakang dan bertentangan, sehingga ideologi yang muncul juga berbeda-beda. Dalam sistem politik ideologi juga bisa sebagai landasan untuk mengetahui model sistem poolitik dari suatu negara. Misalnya negara yang menganut ideologi komunis maka kemungkinan besar sistem politik yang digunakan juga sistem politik komunis.

DAFTAR PUSTAKA

A.    Rahman . 2007. Sistem Politik Indonesia. Jakarta : Graha Ilmu

Cholisin dkk. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta : UNY Press

Ramlan Surbakti. 2007. Memahami llmu Politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Sargent, Lyman Tower. 1986.  Ideologi Politik Kontemporer. Jakarta : Bina Aksara

Schmandt, Henry J. 2002. Filsafat Politik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar





No comments:

Post a Comment